Semangat kepedulian terhadap lingkungan ini juga dapat dipetik dari keteladanan Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari, yang melalui kehidupannya mengajarkan pentingnya merawat alam. Belajar merawat lingkungan kepada Mbah Hasyim menjadi inspirasi bagi santri untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Salah satu pelajaran penting yang diwariskan Nabi Muhammad Saw dalam praktek ibadah haji adalah masalah konservasi lingkungan. Dimana mereka yang datang ke tanah haram (Makkah dan Madinah) saat melaksanakan ritual ibadah haji untuk bersikap tidak sembrono, merusak tanaman.
Bila seorang muslim secara sengaja mencabut tanaman, maka ia bisa didenda dengan tebusan menyembelih seekor kambing. Pasalnya, tanaman merupakan bagian dari lingkungan. Barangsiapa yang secara sengaja menabrak larangan tersebut, maka akan langsung mendapatkan teguran dari Allah SWT.
Salah satu isu global yang sedang berkembang mutakhir ini adalah masalah lingkungan. Semua negara-negara berjuang menyelesaikan masalah tersebut. Pesantren Tebuireng berupaya hadir untuk ikut aktif dalam penanganan masalah lingkungan. Lahirnya Bagian Pemeliharaan Lingkungan telah mampu menghidupkan Bank Sampah Tebuireng (BST). Lembaga baru ini bergerak dalam bidang pengelolaan sampah.
Berdasarkan data pemerintah Kab. Jombang, setiap hari ada sampah yang masuk ke TPA berjumlah sekitar 120 ton yang tertimbun di TPA Banjardowo. Jumlah tersebut dihasilkan dari 306 desa/kelurahan yang tersebar di 13 kecamatan. Menurut Kabid Pengelolaan Sampah Kab. Jombang Amin Kurniawan yang baru dilayani baru 110 desa atau sekitar 35 persen saja.
Tentunya sisanya masih sangat banyak. Dari angka 126 ton yang masuk TPA, 1 ton sampah organik yang diolah ke sistem komposting. Sedangkan, sisanya 1,25 sampai 1,5 ton masuk sistem terpilah. Sehingga dari 126 ton yang masuk ke TPA berkurang menjadi 123 ton dibuang ke landfil. Lantas, bagaimana dengan pengelolaan sampah di internal pesantren Tebuireng? Sangat banyak.
KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) selaku pengasuh memiliki kontribusi positif dalam penanganan masalah lingkungan pesantren. Selama setahun ini dinilai positif karena mampu mengurangi timbulan sampah. Berdasarkan data Bank Sampah Tebuireng 2022-2023, Sampah yang ada di kawasan Tebuireng saat ini berkisar 3 ton/hari. Sampah terkelola 1-1,5 ton/hari. Sampah tak terkelola diangkut kontainer Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Jombang 1,25 – 1,5 ton/hari. Dalam satu tahun beroperasi, dengan asumsi sampah terkelola 1 ton/hari. BST bisa mengelola sampah 360 ton/hari. Jika tidak terkelola, tentu lahan tanah milik Pesantren Tebuireng akan menjadi gununngan sampah.
Meskipun kehadiran lembaga baru yang fokus dibidang lingkungan belum kelihatan, tetapi sudah memberikan manfaat besar bagi Pesantren Tebuireng. Dalam hal ini, kita terus mendorong semua elemen yang ada di Pesantren Tebuireng untuk bersama-sama bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Pada tahun 2023 ini salah satu masalah utama bangsa Indonesia bukan lagi masalah menghadapi penjajahan, tetapu masalah lingkungan. Dalam masalah lingkungan ini terdapat beragam persoalan yang perlu diselesaikan, yaitu: mengurangi sampah plastik, menanam pohon, tidak membuang sampah sembarangan, dan aktif peduli terhadap lingkungan. Sebagai santri yang hidup dan tinggal di pesantren sudah pasti membutuhkan tempat tinggal yang nyaman.
Dalam rangka ikhtiar menyelesaikan permasalahan di atas, minimal kita para santri harus melakukan beberapa hal. Pertama, santri harus bijak dengan plastik. Sampah plastik selain merusak lingkungan juga berdampak pada kesehatan. Sebab plastik menghasilkan emisi karbon yang tinggi memacu perubahan iklim dan bumi memanas.
Sudah selayaknya bagi santri harus mulai bijak menggunakan plastik. Dengan bijak berplastik, lingkungan akan tejaga dari tersumbatnya aliran air dan menjaga kesuburan tanah. Pasalnya plastik membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai di tanah. Bahkan, jika dibakar juga sangat membahayakan kesehatan manusia.
Kedua, santri dilarang membuang sampah sembarangan. Jika lingkungan pesantren banyak sampah berserakan tentu menjadikan kehidupan pesantren kurang sehat. Label pesantren kumuh, jumud, dan jorok terus akan menjadi cerminan yang buruk. Kita harus mengubah pandangan buruk dari masyarakat. Pihak pesantren sudah tentu menyediakan tong sampah minimal buanglah sampah sesuai tempat yang disediakan. Syukur sudah sesuai jenisnya. Meskipun sulit, tetapi perlu dibiasakan supaya menjadi kebiasaan positif.
Ketiga, santri harus peduli terhadap lingkungannya dimulai dari kamar, asrama, dan lainnya. Bila santri sudah terbiasa membersihkan dan merapikan kamar sebelum berangkat ke sekolah, maka akan menjadi kebiasaan yang akan dibawa ke rumahnya kelak.
Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari sebagai tokoh agamawan terkemuka di Indonesia merupakan seorang figur inspiratif bagi kaum santri. Meskipun beliau sibuk mendidik santri, melayani umat, berjuang untuk kemerdekaan, beliau juga tidak lupa untuk bercocok tanam. Sebuah gerakan nyata demi untuk menopang kehidupannya beliau menjadi petani. Bahkan, mengajak masyarakat sekitar untuk bertanam. Dengan bertanam, sesungguhnya beliau telah menjaga dan merawat alam.
Menurut beliau: Pak Tani adalah penolong negeri. Setidaknya ada enam perkara yang menjadi pilar dunia: pertama, agama yang dianut manusia. Kedua, pemerintah yang berpengaruh. Ketiga, keadilan yang merata. Keempat, ketenteraman yang meluas. Kelima, kesuburan tanah yang kekal. Keenam, cita-cita yang luhur. Laku hidup dan pemikiran pendiri Pesantren Tebuireng ini penting untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pengelolaan lingkungan.
Begitupun dengan KH Salahudddin Wahid (Gus Sholah), dimana dalam media sosial kita temukan sedang memungut sampah. Hal kecil yang dilakukannya kemudian viral di media sosial. Tentunya merupakan teladan positif yang wajib untuk dicontoh oleh para santri, khususnya santri Tebuireng. Bahwa memungut dan membuang sampah bukanlah hal yang hina, tetapi perilaku yang baik dan mesti dibiasakan. Sebagai santri Tebuireng, sudah sepatutnya untuk belajar merawat Lingkungan kepada Mbah Hasyim
Dalam hal ini, bagi kita para pengurus dan santri Tebuireng penting untuk ikut bersama-sama peduli dalam menyelesaikan masalah sampah. Semoga dengan nilai-nilai keteladanan yang dipraktekan dari para pengasuh menggugah kesadaran kita semua.
*Tulisan ini pernah terbit di Rubrik Telaah Lingkungan Majalah Tebuireng Edisi 87 (Juli-Agustus 2023): Dilema Artificial Intelligence.
Penulis: KH Bambang Harimurti (Kepala Bagian Pemeliharaan Lingkungan Pesantren Tebuireng)
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan